Senin, 28 April 2025

Media Pendidikan dalam Pembelajaran


            Pendidikan memiliki peran penting dalam sebuah kegiatan belajar mengajar disekolah, supaya siswa dapat menjadi anak didik dengan mempunyai pengetahuan keagamaan maupun pengetahuan umum. Pendidikan adalah sebuah sarana prasarana untuk membantu agar manusia mampu hidup dalam kehidupan sehari - hari ditengah masyarakat. Pada saat ini, banyak media telah mempengaruhi kehidupan, baik dalam masyarakat, keluarga, dan lingkungan pendidikan.

              Dalam konteks pendidikan, media juga memegang peran penting untuk bagi seorang guru dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran supaya siswa dapat dengan mudah memahami materi tersebut. Dengan kata lain media pembelajaran merupakan sebuah alat bantu seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar.

               Selain sebagai alat dalam proses belajar mengajar, media juga sebagai salah satu alat komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Pada era saat ini, pemanfaatan kecanggihan teknologi pada hakikatnya bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari - hari.

A. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan suatu perantara atau pengantar yang digunakan dalam pembelajaran. Dalam hal ini istilah media memiliki arti yaitu sarana penghubung pesan atau informasi belajar yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Dalam konteks kegiatan belajar mengajar di sekolah sumber pesan adalah guru dan penerima pesan adalah siswa.

Media merupakan sebuah teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Media pembelajaran bertujuan untuk memudahkan proses pembelajaran agar dapat tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. [1]

Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, pendapat lain mengatakan bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya.[2]

Menurut  Asosiasi Pendidikan Nasional Media adalah macam - macam bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya.[3]

Dengan demikian dapat dipahami bahwa media pembelajaran adalah suatu  alat, metode dan teknik yang digunakan sebagai perantara komunikasi antara seorang pendidik dengan peserta didik, dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah.Sekaligus meningkatkan prestasi peserta didik didalam proses belajar tersebut.

B. Ciri - Ciri Media Pembelajaran

1.    Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Media yang memiliki ciri fiksatif yaitu sebuah alat yang dapat merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekontstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat dilihat dan dapat di organisir  melalui media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya dan direkam dengan mudah dapat dilihat kembali kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan merekam suatu kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.[4]

2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

 Perpindahan suatu peristiwa atau obyek sangat memungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Peristiwa yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, seperti proses berudu menjadi katak kecil kemudian menjadi katak dewasa dapat dipercepat dengan teknik rekaman video tersebut. Di samping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menanyakan kembali hasil suatu rekaman video.

3. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri ini memungkinkan suatu objek atau peristiwa dapat dipindahkan melalui ruang secara bersamaan dengan peristiwa lainnya, dan dapat disajikan kepada siswa yang berjumlah besar dengan stimulasi pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Saat ini, pembuatan media tidak hanya terbatas di dalam suatu wilayah tertentu saja, namun distribusi media seperti rekaman video, audio, disket computer dapat dibagikan dengan luas sampai ke seluruh tempat yang diinginkan setiap saat.[5]

C. Jenis - Jenis Media Pembelajaran

Selain Ciri – Ciri Media pembelajaran diatas, adapun jenis – jenis media pembelajaran yaitu media audio visual, media visual gerak, non gerak maupun semi gerak, media audio, dan media cetak. Pendapat lain mengungkapkan bahwa jenis - jenis media adalah objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar.[6] 

Dari jenis - jenis tersebut, maka dapat dipahami bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu, metode, dan teknik yang digunakan untuk mempermudah dalam penyampaian materi pelajaran serta dapat menjadi sarana komunikasi antara guru/dosen terhadap peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.



Referensi :

1. Umar,  MEDIA PENDIDIKAN Peran Dan Fungsinya Dalam Pembelajaran, SATIN Jurai Siwo Metro, Jurnal Tarbawiyah Vol 11.No.1 Edisi Januari – Juli 2014, h.133 https://e-journal.metrouniv.ac.id/tarbawiyah/article/view/364/177

2.Ibid, h.134

3. Sapriyah, MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR, Jurusan Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Serang, Indonesia, Prosiding Seminar Nasional FKIP Vol.2, No.1, 2019, h.471 https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/5798/4151

4. Ibid, h.472

5. Ibid, h.473

6. T. Tafonao, Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat Belajar Mahasiswa, STT KADESI Yogyakarta, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol.2 No.2, Juli 2018, h.106 https://journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik/article/view/113/101


Minggu, 20 April 2025

OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL FILSAFAT


A.Latar Belakang 

Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang diberi kelebihan oleh tuhan agar mereka dapat berpikir, sehinggga memiliki daya tarik untuk mengetahui segala sesuatu yang belum diketahui oleh makhluk lainnya. Dari hal tersebut manusia adalah makhluk yang paling istimewa dibandingkan dengan makhluk ciptaan tuhan yang lain. Dengan kompetensi inilah manusia dapat mengembangkan pengetahuannya lebih luas lagi.

Dalam proses awal, manusia menggunakan daya pikir dan nalarnya untuk memperoleh suatu pengetahuan yaitu dengan cara mencari tau dan menganilisa sebab terjadinya suatu kejadian atau peristiwa. Manusia dapat menggunakan daya pikirnya untuk berpikir, dengan menempuh langkah - langkah baru untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang belum ada atau belum terselesaikan oleh manusia sebelumya. Kegiatan berpikir akan membuahkan suatu pengetahuan jika dibarengi dengan penelitian atau menganalisis suatu objek secara mendalam. Dalam filsafat ada dua objek yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk membentuk suatu pengetahuan. Objek tersebut adalah objek material dan objek formal.[1] Dari hal tersebut penulis tertarik ingin mengkaji dan mengembangkan apa yang dimaksud dengan kedua objek itu.

B.Objek Material Filsafat

Filsafat adalah cabang dari ilmu pengetahuan. Dalam pengertian luas filsafat merupakan  pengembangan pengetahuan dengan cara berdiskusi sehingga dapat berbuah penjelasan dan definisi khusus dalam mempelajari objek yang terkait dengan filsafat. Dalam mengkaji atau mendalami filsafat terdapat dua jenis objek, yaitu objek material dan formal. Objek material dapat di definisikan menjadi kajian dari segala sesuatu yang ada maupun yang mungkin ada. Di sini kata ada memiliki tiga makna yaitu ada secara nyata, ada dalam pikiran dan ada dalam kemungkinan.[2]

Objek ini memiliki banyak kesamaan dengan unsur – unsur sains, namun ada beberapa perbedaan, diantaranya yaitu jika sains meneliti material berdasarkan pengalaman atau percobaan. Sedangkan filsafat meneliti sesuatu yang belum ada atau terwujud. Seperti Tuhan, hari kiamat, dan lain sebagainya. Jadi, dapat kita pahami bahwa objek material filsafat memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan objek material sains.[3]

Suatu keberadaan dapat diartikan ke dalam dua kategori yaitu keberadaan karena hakikatnya dan keberadaan yang bersifat relatif. Keberadaan yang bersifat relatif tersebut hanya akan terjadi jika ditentukan oleh eksistensi lainya. Dengan kata lain keberadaan itu ada yang wajib  dan ada yang mungkin.

Manusia termasuk ke dalam objek material filsafat, terutama jika ditinjau dari posisinya, manusia merupakan makhluk di dunia yang memiliki peran dan fungsi sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Namun lain halnya jika yang di bahas mengenai nasib, takdir, jodoh, rezeki, usia, dan masa depan, maka arah objek material berpindah ke objek formal. Dalam konteks ini filsafat memberikan sebuah jawaban yang menggunakan pola pikir semata tanpa tanpa bergantung pada kebenaran empiris atau hasil observasi ilmiah.

Sebagai contoh, mari kita lihat fenomena tidur dan mimpi. Tidur adalah waktu di mana tubuh dan sistem saraf manusia beristirahat. Kelelahan pada mata, rasa letih pada tubuh, atau bahkan kondisi terlalu kenyang bisa memicu rasa kantuk yang akhirnya membuat seseorang tertidur pulas. Dalam keadaan tidur, mimpi kerap muncul, padahal secara nyata orang yang bermimpi sedang berada dalam kondisi bawah sadar. Tidur sering disamakan dengan kematian, dan kematian dianggap sebagai tidur yang sangat panjang. Namun, timbul pertanyaan: bagaimana seseorang yang tidak sadar bisa mengalami mimpi? Apakah mimpi merupakan kenyataan atau hanya sekadar ilusi? Tentu saja, seseorang yang sedang tidur tidak bisa secara sadar membayangkan sesuatu. Oleh karena itu, mimpi dapat dianggap sebagai sebuah realitas yang terjadi di dalam alam bawah sadar. Misalnya, seseorang yang bermimpi dikejar makhluk menakutkan bisa benar-benar merasa ketakutan, tubuhnya gelisah saat tidur, bahkan bisa berteriak histeris.[4]

Dari sudut pandang filsafat, jika mimpi buruk saja bisa membuat seseorang merasa tersiksa saat tidur, maka bagaimana dengan mereka yang telah meninggal dan dihantui oleh dosa, serta mengalami mimpi yang mungkin menjadi penyebab penderitaannya? Ilustrasi ini menunjukkan bahwa tidur dan mimpi termasuk ke dalam objek material filsafat. Sementara itu, kaitan antara mimpi dan kenyataan yang lebih dalam, serta hubungannya dengan kemungkinan siksaan di alam kubur, masuk dalam ranah objek formal filsafat. Oleh karena itu, untuk memahami makna dan rahasia di balik mimpi, diperlukan perenungan dan pemikiran yang mendalam secara filosofis.[5] 

C. Objek Formal Filsafat

Objek formal merupakan pendekatan yang mendalam, dimana pendekatan ini merujuk pada upaya memahami apa arti filsafat dan bagian-bagiannya secara mendalam. Dalam konteks ini kata mendalam mencerminkan keingintahuan terhadap hal - hal yang bersifat non empiris, yaitu sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh pancaindra dan pengalaman.[6]

Perbedaan antara disiplin ilmu yang satu dengan ilmu lain dapat ditentukan oleh objek formal itu sendiri. Jika ilmu pengetahuan lebih cenderung membatasi dirinya sendiri dan berhenti pada pengalaman empiris semata, maka filsafat tidak membatasi dirinya dan berupaya mengkaji dengan sedalam mungkin untuk memperoleh pengetahuan yang hakiki.[7]

Secara fundamental, setiap cabang ilmu memiliki dua jenis objek yaitu objek Material dan objek Formal. Objek material merupakan suatu kajian ilmu yang merujuk pada hal - hal empiris, misalnya dalam ilmu kedokteran, dimana tubuh manusia menjadi objek materialnya. Sedangkan objek formal adalah pendekatan yang dilakukan untuk memahami objek material tersebut. Dalam kontes ini, filsafat dapat diartikan sebagai aktivitas berpikir yang sistematis dan juga radikal, karena memiliki kedua objek tersebut. Objek filsafat merupakan cakupan segala realitas yang ada, baik yang bersifat empiris maupun non empiris. Realitas yang nyata mengacu pada dunia empiris, sedangkan yang tidak nyata berkaitan dengan metafisika. Beberapa fillosof mengklarifikasikan objek material menjadi tiga kategori, yaitu eksistensi yang berada di alam empiris, pikiran, dan eksistensi yang kemungkinan ada dalam potensial. Selain itu objek formal filsafat  merupakan cara pandang yang menyeluruh, mendalam, dan rasional kepada seluruh eksistensi yang ada.[8]

D.Kesimpulan

Objek filsafat ada dua yaitu objek material dan objek formal

Objek material dapat di definisikan menjadi kajian dari segala sesuatu yang ada maupun yang mungkin ada. Sedangkan Objek formal merupakan pendekatan yang mendalam, dimana pendekatan ini merujuk pada upaya memahami apa arti filsafat dan bagian-bagiannya secara mendalam. Dalam konteks ini kata mendalam mencerminkan keingintahuan terhadap hal - hal yang bersifat non empiris, yaitu sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh pancaindra dan pengalaman


DAFTAR PUSTAKA

Ihyan, Objek Filsafat Ilmu, 2011, https://objekfilsafatilmu.blogspot.com/, diakses pada 10 April 2025

Atang Abdul Hakim dan Ahmad Saebani Beni, Filsafat Umum dan Metologi Sampai TeofilosofiBandung : CV Pustaka Setia, 2008

Ahmadi AsmoroFilsafat UmumJakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013

Tafsir AhmadFilsafat Umum Aksi dan Hati Sejak Tales Sampai CapraBandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013

Referensi.
1. Ihyan, Objek Filsafat Ilmu, 2011, https://objekfilsafatilmu.blogspot.com/, diakses pada 10 April 2025.
2. Asmoro AhmadiFilsafat Umum(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), h.9
3. Ahmad TafsirFilsafat Umum Aksi dan Hati Sejak Tales Sampai Capra(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.21
4. Hakim Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani , Filsafat Umum dan Metologi Sampai Teofilosofi(Bandung : CV Pustaka Setia, 2008), h.20
5.Ibid, h.21 – 22
6. Ahmad TafsirFilsafat Umum Aksi dan Hati Sejak Tales Sampai Capra,………......, h.21
7. Asmoro AhmadiFilsafat Umum,…………………….………………, h.9

8. Ihyan, Objek Filsafat Ilmu, 2011, https://objekfilsafatilmu.blogspot.com/, diakses pada 10 April 2025. 

Media Pendidikan dalam Pembelajaran

               Pendidikan memiliki peran penting dalam sebuah kegiatan belajar mengajar disekolah, supaya siswa dapat menjadi anak didik den...